Page

Selasa, 22 November 2011

ANAK YANG RAMAH LEBIH POPULER



”Punya jeans bermerk dan peralatan tercanggih tidak menjamin popularitas. Dalam lingkungan teman sebaya, faktor penentunya bukan status sosial seorang anak, melainkan keramah-tamahannya”. Anak-anak ingin menjalin hubungan dengan anak lain dan yang ramah serta tebuka, lebih punya pengaruh. Anak yang suka memukul dan menertawai anak lain kurang punya pengaruh di kalangan teman-temannya. ”Bahkan, tampang ganteng dan kantong tebal tidak begitu mengesankan teman-teman sekolah mereka._

Bagaimana aku bisa mengendalikan emosiku?

Seberapa sering kamu marah?
Tidak Pernah                                    Setiap bulan
Setiap minggu                                  Setiap hari

Siapa yang paling gampang membuatmu marah?
Tidak ada                                         Teman Sekolah
Orang tua                                         Adik atau kakak
Yang lain...................................................................

Di bawah ini, gambarkan situasi yang
biasanya memancing kemarahanmu.
.............................................................................

JIKA kamu memberi tanda X di sebelah ” Tidak pernah dan Tidak ada dan tidak mengisi bagian terakhir, selamat_kamu bisa mengendalikan emosimu !
                
Namun, tiap orang pada dasarnya memiliki kelemahan dan menunjukan reaksi yang berbeda terhadap situasi yang mendongkolkan. ”Kita semua sering kali tersandung.” (Yakobus 3 :2) Malah, kamu mungkin merasakan emosi yang sama seperti Siska, 17 tahun.* ”Kalau lagi gondok,” katanya, ”siapa saja di dekatku yang bikin aku kesal sering jadi sasaran. Bisa orang tuaku, adik perempuanku, bahkan anjingku!”

*Beberapa nama dalam artikl ini telah diubah

Membedakan Mitos dan Fakta

Sulitkah kamu meredam panas hati? Kalau ya, ada bantuan. Tetapi pertama-tama, mari kita buang beberapa mitos.

Mitos : ”Aku tak bisa mengendalikan emosi-sudah dari ’sananya’ aku cepat naik darah!”

Fakta : Kamu boleh jadi ”cenderung kepada kemurkaan”-barangkali karena pengaruh keluarga, lingkungan, atau faktor lainnya. (Amsal 29:22) Tetapi, apa yang kamu lakukan dengan kemurkaan itu dapat kamu kendalikan. Pertanyaannya adalah: Berkenaan dengan emosimu, kamu mau jadi apa-pengemudi atau penumpang? Orang lain telah belajar untuk mengendalikan kemarahan, dan kamu pun bisa!_Kolose 3:8-10.

Ayat kunci : ”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu.”_Efesus 4:31.

Mitos : ”Kalau aku marah, mending dilampiaskan daripada ditahan-tahan.”

Fakta : Kedua cara itu bisa berbahaya bagi kesehatanmu. Memang, ada waktu untuk melampiaskan” keprihatinanmu. (Ayub 10:1) Tetapi, itu tidak berarti kamu harus menjadi seperti dinamit yang siap disulut. Kamu bisa belajar mengungkapkan emosimu yang kua tanpa meledak.

Ayat kunci : ”Seorang budak dari Tuan tidak perlu berkelahi, melainkan lembut terhadap semua orang …. …. …. menahan diri.”_2Timotius 2:4.

Mitos : ”Kalau aku ’lembut terhadap semua orang’, aku bakal diinjak-injak orang.”

Fakta : Orang-orang bisa merasa bahwa butuh kekuatan besar untuk mengendalikan diri, dan mereka akan lebih merespekmu jika kamu mertunjukannya.

Ayat kunci : ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung kepadamu, hendaklah kamu suka damai dengan semua orang.”_Roma 12:18.

Jagalah Emosimu

Bila kamu gampang marah, barang kali hingga saat ini kamu menyalahkan orang lain kalau kamu mencak-mencak. Misalnya, pernahkah kamu bilang, ”Habis, dia yang cari gara-gara” atau ”Dia yang bikin aku marah?” Kalau pernah, kata-katamu itu menyiratkan bahwa orang lainlah yang memegang remote control atas emosimu. Bagaimana kamu bisa mengambil kembali kendali itu? Cobalah hal berikut. 

Jangan menyalahkan orang lain. Semuanya dimulai dengan mengakui bahwa kamu_dan hanya kamu-yang bisa ”membuat” kamu marah. Jadi jangan tuding orang lain. Ketimbang bilang, ”Habis dia yang cari gara-gara, ”akui saja, ’Akulah yang memilih bereaksi berlebihan.’ Begitu kamu mau bertanggung jawab atas tindakan kamu, kamu akan lebih sanggup mengubah caramu bertindak._Galatia 6:5.

Antisipasi problemnya. Alkitab berkata, ”Orang bijaksana menghindar apabila melihat bahaya; orang bodoh berjalan terus lalu tertimpa malapetaka.” (Amsal 22:3), Maka kuncinya adalah mengantisipasi problemnya. Pikirkan, ’Kapan aku paling gampang naik pitam?’ Misalnya, gadis bernama Megan berkata, ”Aku kerja malam, dan sepulang kerja, aku benar-benar capek. Saat itulah aku jadi sangat sensitif.”

Rencanakan tanggapan yang lebih baik. Ketika kemarahanmu mulai membara, tarik napas dalam-dalam, rendahkan suaramu, dan bicaralah pelan-pelan. Ketimbang menuduh (”Dasar pencuri! Kau ambil sweterku tanpa permisi!”) coba jelaskan bagaimana tindakan itu mempengauhi kamu. (”Aku benar-benar kesal sewaktu mau memakai sweterku ternyata kamu telah ’meminjamnya’ tanpa permisi.”)

TAHUKAH KAMU?

Kadang, Allah juga marah. Namun, emosiNya selalu
dapat dibenarkan, dan Ia tetap memegang kendali penuh.
Ia tidak pernah bereaksi berlebihan!_
Lihat Keluaran 34:6 ; Ulangan 32:4 ; dan Yesaya 48:9.



APA KATA TEMAN-TEMANMU

”Mencurahkan perasaanku ke diari-
Atau ke Mama-bantu aku tetap tenang.”
-Rouly Simbolon, Amerika Serikat.

”Kalau lagi tegang banget, aku pergi berolahraga
Jalan cepat untuk melepaskan energy, dan
Udara segar menjernihkan pikiranku.”
-Echy Panggala, Irlandia.

”Secara mental aku menyingkir dari situasi itu
Lalu bertanya, ‘Apa jadinya kalau aku mulai
Teriak-teriak?’ Dan, aku selalu menyimpulkan
Bahwa hal itu tidak bakal membantu!”
-Graeme, Australia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar