”Punya jeans
bermerk dan peralatan tercanggih tidak menjamin popularitas. Dalam lingkungan
teman sebaya, faktor penentunya bukan status sosial seorang anak, melainkan
keramah-tamahannya”. Anak-anak ingin menjalin hubungan dengan anak lain dan
yang ramah serta tebuka, lebih punya pengaruh. Anak yang suka memukul dan
menertawai anak lain kurang punya pengaruh di kalangan teman-temannya. ”Bahkan,
tampang ganteng dan kantong tebal tidak begitu mengesankan teman-teman sekolah
mereka._
Bagaimana aku bisa mengendalikan
emosiku?
Seberapa sering kamu
marah?
Tidak Pernah Setiap bulan
Setiap
minggu Setiap
hari
Siapa yang paling
gampang membuatmu marah?
Tidak ada Teman Sekolah
Orang tua Adik atau kakak
Yang lain...................................................................
Di bawah ini,
gambarkan situasi yang
biasanya memancing
kemarahanmu.
.............................................................................
JIKA kamu
memberi tanda X di sebelah ” Tidak pernah dan Tidak ada dan tidak mengisi
bagian terakhir, selamat_kamu bisa mengendalikan emosimu !
Namun,
tiap orang pada dasarnya memiliki kelemahan dan menunjukan reaksi yang berbeda
terhadap situasi yang mendongkolkan. ”Kita semua sering kali tersandung.”
(Yakobus 3 :2) Malah, kamu mungkin merasakan emosi yang sama seperti Siska, 17
tahun.* ”Kalau lagi gondok,” katanya, ”siapa saja di dekatku yang bikin aku
kesal sering jadi sasaran. Bisa orang tuaku, adik perempuanku, bahkan
anjingku!”
*Beberapa nama dalam artikl ini telah diubah
Membedakan Mitos dan Fakta
Sulitkah kamu
meredam panas hati? Kalau ya, ada bantuan. Tetapi pertama-tama, mari kita buang
beberapa mitos.
Mitos : ”Aku tak bisa mengendalikan
emosi-sudah dari ’sananya’ aku cepat naik darah!”
Fakta : Kamu boleh jadi ”cenderung kepada kemurkaan”-barangkali
karena pengaruh keluarga, lingkungan, atau faktor lainnya. (Amsal 29:22)
Tetapi, apa yang kamu lakukan dengan kemurkaan
itu dapat kamu kendalikan. Pertanyaannya adalah: Berkenaan dengan emosimu, kamu
mau jadi apa-pengemudi atau penumpang? Orang lain telah belajar untuk
mengendalikan kemarahan, dan kamu pun bisa!_Kolose 3:8-10.
Ayat kunci : ”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan
teriakan serta cacian disingkirkan darimu.”_Efesus 4:31.
Mitos : ”Kalau aku marah, mending dilampiaskan daripada
ditahan-tahan.”
Fakta : Kedua cara itu bisa berbahaya bagi kesehatanmu. Memang, ada waktu untuk melampiaskan” keprihatinanmu. (Ayub 10:1) Tetapi, itu tidak berarti kamu harus menjadi seperti dinamit yang siap disulut. Kamu bisa belajar mengungkapkan emosimu yang kua tanpa meledak.
Ayat kunci : ”Seorang budak dari Tuan tidak perlu berkelahi, melainkan lembut terhadap semua orang …. …. …. menahan diri.”_2Timotius 2:4.
Mitos : ”Kalau aku ’lembut terhadap semua orang’, aku bakal
diinjak-injak orang.”
Fakta : Orang-orang bisa merasa bahwa butuh kekuatan besar untuk
mengendalikan diri, dan mereka akan lebih merespekmu jika kamu mertunjukannya.
Ayat kunci : ”Jika mungkin, sejauh itu bergantung kepadamu,
hendaklah kamu suka damai dengan semua orang.”_Roma 12:18.
Jagalah Emosimu
Bila kamu
gampang marah, barang kali hingga saat ini kamu menyalahkan orang lain kalau
kamu mencak-mencak. Misalnya, pernahkah kamu bilang, ”Habis, dia yang cari
gara-gara” atau ”Dia yang bikin aku marah?” Kalau pernah, kata-katamu itu
menyiratkan bahwa orang lainlah yang memegang remote control atas emosimu. Bagaimana kamu bisa mengambil kembali
kendali itu? Cobalah hal berikut.
Jangan menyalahkan orang lain. Semuanya
dimulai dengan mengakui bahwa kamu_dan hanya kamu-yang bisa ”membuat” kamu
marah. Jadi jangan tuding orang lain. Ketimbang bilang, ”Habis dia yang cari
gara-gara, ”akui saja, ’Akulah yang memilih
bereaksi berlebihan.’ Begitu kamu mau bertanggung jawab atas tindakan kamu,
kamu akan lebih sanggup mengubah caramu bertindak._Galatia 6:5.
Antisipasi problemnya. Alkitab berkata,
”Orang bijaksana menghindar apabila melihat bahaya; orang bodoh berjalan terus
lalu tertimpa malapetaka.” (Amsal 22:3), Maka kuncinya adalah mengantisipasi
problemnya. Pikirkan, ’Kapan aku paling gampang naik pitam?’ Misalnya, gadis
bernama Megan berkata, ”Aku kerja malam, dan sepulang kerja, aku benar-benar
capek. Saat itulah aku jadi sangat sensitif.”
Rencanakan tanggapan yang lebih baik.
Ketika kemarahanmu mulai membara, tarik napas dalam-dalam, rendahkan suaramu,
dan bicaralah pelan-pelan. Ketimbang menuduh (”Dasar pencuri! Kau ambil
sweterku tanpa permisi!”) coba jelaskan bagaimana tindakan itu mempengauhi
kamu. (”Aku benar-benar kesal sewaktu mau memakai sweterku ternyata kamu telah
’meminjamnya’ tanpa permisi.”)
TAHUKAH KAMU?
Kadang, Allah juga
marah. Namun, emosiNya selalu
dapat dibenarkan, dan
Ia tetap memegang kendali penuh.
Ia tidak pernah
bereaksi berlebihan!_
Lihat Keluaran 34:6 ;
Ulangan 32:4 ; dan Yesaya 48:9.
APA KATA
TEMAN-TEMANMU
”Mencurahkan
perasaanku ke diari-
Atau ke Mama-bantu aku
tetap tenang.”
-Rouly Simbolon, Amerika Serikat.
”Kalau lagi tegang
banget, aku pergi berolahraga
Jalan cepat untuk
melepaskan energy, dan
Udara segar
menjernihkan pikiranku.”
-Echy Panggala, Irlandia.
”Secara mental aku
menyingkir dari situasi itu
Lalu bertanya, ‘Apa
jadinya kalau aku mulai
Teriak-teriak?’ Dan,
aku selalu menyimpulkan
Bahwa hal itu tidak
bakal membantu!”
-Graeme, Australia.